Logo Selasa, 21 Mei 2024
images

MAJALAHREFORMASI.com - Kristen progresif adalah hasil pandangan dari komunitas yang melihat perubahan tatanan sosial di era modern, di mana gereja yang Alkitabiah tidak bisa menerima dosa yang dilakukan mereka.

Demikian dikatakan Dr. Friskila Damaris Silitonga, MPH kepada wartawan belum lama ini terkait pandangannnya tentang ajaran Kristen progresif.

Menurut sosok wanita lulusan terbaik dari Program Doktor di Sekolah Teologi Internasional Harvest (HITS) pada tanggal 22 Agustus 2023, ajaran ini tentunya sangat bertentangan dengan Alkitab. Pasalnya, dalam Kristen progresif dinyatakan bahwa Yesus bukan satu-satunya jalan keselamatan, dan perbuatan baik seseorang dapat menyelematkannya.

Sementara dalam Injil Kisah Rasul 4: 12 dengan jelas berkata, "Keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga 1 selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."

Firman Tuhan ini sangat jelas mengatakan bahwa keselamatan diperoleh hanya dalam Kristus, tidak ada nama lain yang olehnya umat manusia dapat diselamatkan.

Bukan hanya itu dalam Titus 3:5 disebutkan, "Ia menyelamatkan kita, bukan karena kita sudah melakukan sesuatu yang baik, melainkan karena Ia sendiri mengasihani kita. Ia menyelamatkan kita melalui Roh Allah, yang memberikan kita kelahiran baru dan hidup baru dengan jalan membasuh kita."

Artinya, perbuatan baik seseorang tidak akan dapat menyelamatkannya. "Kita diselamatkan hanya karena kasih karunia anugerah Allah," terang istri dari Nova Ratnanto ini dalam wawancaranya.

Kesalahan lain yang dilakukan oleh penganut Kristen progresif adalah memandang Alkitab sebagai buku biasa yang bisa saja keliru.

"Kita percaya Inneransi Alkitab/Ketidakbersalahan Alkitab dimana Alkitab tidak dapat salah berdasarkan teks aslinya tetapi kitalah yang sering salah menafsirkannya. Ingat Alkitab tidak berisi firman Allah tetapi Alkitab adalah Firman Allah," tegasnya,

Alkitab ditulis berdasarkan ilham dari Roh Kudus oleh beberapa penulis yang berbeda yang dibimbing oleh Roh Kudus, sebenarnya ayat -ayat didalamnya tidak saling kontradiksi bahkan saling menyelaraskan tetapi kitalah yang kadang sering salah mengerti maksudnya atau tidak memahaminya berdasarkan konteksnya.

Friskila mengajak umat Krisitiani menjadikan Alkitab sebagai Kanon atau patokan hidup. Siapapun yang meragukannya adalah sesat dan berhati-hatilah penyesatan di akhir zaman banyak sekali iblis yang menyamar dalam rupa malaikat terang.

"Pelajari yang asli, perdalam yang asli, Anda akan peka dengan yang palsu," tandasnya.

Asal Mula Tiori Kristen Progresif

Friskila juga membeberkan nama beberapa pihak yang dianggap berkontribusi hingga lahirnya Kristen progresif.

Pertama, John Shelby Spong, adalah orang pertama dari gembala dari gereja Episkopal USA, yang memperjuangan bahkan menentang gereja agar dapat menerima kaum LGBTQ+.

Kemudian Marcus Borg, seorang Teolog dan penulis buku Marcus Borg menekankan pentingnya menginterpretasi ulang Alkitab dengan pengetahuan terkini dan masalah-masalah sosial.

Dalam bukunya yang berjudul “Meeting Jesus Time”, dalam buku itu dia mengundang orang-orang Kristen agar bertemu dengan Yesus dengan cara yang segar dan dengan pemahaman ( kristen progresif) yang baru.

"Lalu Rachel Held Evans seorang penulis dan blogger. Rachel menentang penafsiran Alkitab yang dianggap kaku dan kuno; seharusnya dapat melihat ketidakadilan sosial terjadi di masyarakat khususnya kaum LGBTQ+," ungkap wanita kelahiran 7 Mei 1983 ini.

Ada lagi, sosok  Jim Wallis adalah Founder of Sojourners, ini adalah organisasi yang membela Kristen Progresif, khususnya dalam membela orang yang tidak percaya Yesus dapat masuk Surga.

Selanjutnya, wanita bernama Diana Butler Bass yang juga seorang Teolog dan Penulis, mengatakan gereja harus diperbaharui dalam doktrin keselamatan, supaya keselamatan tidak ekslusif harus menerima Yesus.

Terakhir, Nadia Bolz Weber, seorang gembala Gereja Lutheran dan penulis buku. Nadia menentang doktrin firman Tuhan yang dianggap kaku dan eksklusif bahwa keselamatan hanya ada di dalam nama Yesus.

Sebagai informasi, Dr. Friskila Damaris Silitonga, MPH seorang Socialpreneur, Epidemiologist dan Evangelist. Pelayanan utamanya saat ini melayani keluarga pra sejahtera, para perempuan yang termarginalkan (dipenjara, janda miskin, mantan pelacur) lalu memberdayakan mereka melalui kerohanian dan pengembangan potensi, memberi peluang dan membuka lapangan kerja bagi mereka selain perlengkapan kerohanian.