(Oleh Ps. Dr. Friskila Damaris Silitonga)
MAJALAHREFORMASI.com - Pernahkah Anda merasa terabaikan atau tidak berdaya? Pernahkah Anda merasa bahwa keadaan tidak berpihak kepada Anda? Hidup sering kali menghadapkan kita pada situasi yang tidak adil, di mana harapan terasa sirna dan masa depan tampak buram.
Namun, sejarah membuktikan bahwa orang-orang yang terpinggirkan justru sering kali menjadi agen perubahan yang signifikan.
Hari ini, kita akan belajar dari seorang perempuan dalam Alkitab yang mengalami ketidakadilan, tetapi memilih untuk tidak menyerah yakni Tamar.
Tamar dalam Silsilah Yesus
Ketika membaca silsilah Yesus dalam Injil Matius 1:3, kita menemukan nama Tamar. Dalam budaya patriarki yang sangat menekankan garis keturunan laki-laki, penyebutan nama seorang perempuan dalam silsilah bukanlah hal yang biasa.
Mengapa Tamar, seorang wanita yang kisahnya penuh kontroversi, justru mendapat tempat dalam silsilah Sang Mesias? Jawabannya terletak pada keberanian dan keteguhannya dalam menghadapi ketidakadilan.
Tamar adalah menantu Yehuda, salah satu anak Yakub. Dia menikah dengan Er, anak sulung Yehuda, yang kemudian meninggal tanpa memberikan keturunan. Sesuai hukum levirat pada masa itu, Yehuda memberikan anak keduanya, Onan, untuk menikahi Tamar.
Namun, Onan menolak memberikan keturunan baginya dan akhirnya dihukum Tuhan. Ketika tiba giliran anak bungsu Yehuda, Syela, untuk menikahi Tamar, Yehuda enggan menepati janjinya karena takut kehilangan anak terakhirnya.
Tamar pun dibiarkan hidup dalam status yang tidak jelas dan tidak diperbolehkan menikah lagi, tetapi juga tidak diberikan haknya untuk memperoleh keturunan.
Ketidakadilan yang Dihadapi Tamar
Sebagai seorang janda tanpa keturunan, Tamar berada dalam posisi yang sangat rentan secara sosial dan ekonomi. Ia bergantung pada keluarganya, tetapi hak-haknya tidak diakui. Dalam budaya patriarki pada masa itu, perempuan dianggap sebagai bagian dari sistem keluarga laki-laki dan hanya memiliki nilai jika dapat meneruskan garis keturunan.
Kegagalan Yehuda untuk memenuhi kewajibannya membuat Tamar semakin terpinggirkan.
Ketidakadilan ini bukan hanya menyangkut hak Tamar sebagai individu, tetapi juga mencerminkan bagaimana perempuan dalam masyarakat patriarkal sering kali diperlakukan sebagai objek tanpa suara. Hak-hak mereka diabaikan, dan keadilan sering kali hanya berpihak pada mereka yang memiliki kuasa.
Keberanian dan Tindakan Tamar
Di tengah situasi yang sulit, Tamar menolak untuk menyerah. Ia menyusun rencana yang berani dan penuh risiko. Dengan menyamar sebagai seorang wanita penghibur, ia berhasil mendekati Yehuda dan memperoleh bukti yang cukup untuk memastikan bahwa ia mendapatkan haknya.
Ketika akhirnya kebenaran terungkap, Yehuda mengakui kesalahannya dan menyatakan bahwa Tamar lebih benar darinya (Kejadian 38:26).
Keberanian Tamar bukan hanya soal mempertahankan garis keturunan Yehuda, tetapi juga soal menuntut keadilan dalam sistem yang menindas. Ia tidak membiarkan dirinya terus-menerus menjadi korban, tetapi menggunakan kecerdikan dan keberanian untuk memperjuangkan haknya.
Sekali lagi, kisah Tamar bukan hanya sekadar cerita sejarah, tetapi juga mengandung pesan Ilahi yang relevan bagi kita hari ini:
Keadilan Ilahi Melampaui Budaya dan Tradisi Tamar hidup dalam sistem yang tidak berpihak kepadanya, tetapi Tuhan melihat ketidakadilan yang ia alami. Ini mengingatkan kita bahwa Allah adalah pembela mereka yang tertindas. Kita dipanggil untuk menjadi suara bagi mereka yang tidak bisa bersuara dan memperjuangkan keadilan dalam masyarakat.
Rencana Allah yang Tersembunyi di Balik Kesulitan Tindakan Tamar yang kontroversial ternyata menjadi bagian dari rencana besar Allah. Dari garis keturunannya, lahirlah Raja Daud, dan akhirnya, Yesus Sang Mesias. Ini mengajarkan kita bahwa Tuhan sering kali bekerja melalui cara yang tidak terduga, bahkan melalui situasi yang tampaknya buruk.
Kesetiaan dan Ketekunan
Mendatangkan Berkat Tamar tetap teguh dalam mempertahankan haknya dan tidak menyerah meskipun menghadapi berbagai tantangan. Kesetiaannya mendatangkan berkat besar yang tidak hanya mengubah hidupnya, tetapi juga mengubah sejarah keselamatan.
Teladan Tamar bagi Kita
Kisah Tamar mengajarkan kita bahwa mereka yang dianggap lemah dan terpinggirkan dapat menjadi alat dalam rencana besar Tuhan. Ia adalah simbol keberanian dalam menghadapi ketidakadilan, kecerdikan dalam bertindak, dan keteguhan hati dalam memperjuangkan kebenaran.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk meneladani Tamar dengan:
Berani menghadapi ketidakadilan dan tidak membiarkan diri kita atau orang lain ditindas oleh sistem yang tidak adil.
Menggunakan hikmat dan strategi dalam menghadapi tantangan hidup.
Tetap teguh dalam iman, percaya bahwa Tuhan dapat mengubah keadaan yang paling sulit menjadi bagian dari rencana-Nya yang besar.
Penutup
Tamar memulai kisahnya sebagai seorang perempuan yang terabaikan, tetapi ia mengakhirinya sebagai bagian dari silsilah Sang Juruselamat. Tuhan dapat menggunakan siapa saja, bahkan mereka yang dianggap tidak berarti oleh dunia, untuk menggenapi rencana-Nya.
Jika Anda merasa tidak berdaya atau diabaikan, ingatlah bahwa Tuhan melihat dan peduli. Keadilan-Nya tidak akan pernah gagal, dan pada waktunya, Ia akan membuktikan bahwa yang terabaikan pun dapat mengubah sejarah. (*)