MAJALAHREFORMASI.com - Ketua Majelis Tinggi - Gereja Setia Kristen Indonesia (GKSI) Willem Frans Ansanay, SH, MPd menjelaskan tema sentral GKSI saat ini adalah "Membangun Melalui Jalan Lain" .
Artinya, kata dia, itu memberikan sinyal merespon pernyataan GKSI versi sebelah pada tahun 2018 yang secara resmi telah menyatakan berpisah dengan GKSI versi Frans Ansanay.
Berikut pandangan resmi dari pihak GKSI Frans Ansanay, yaitu:
1. Menerima tawaran mereka berpisah ,
2. Merestui dan mendukung pihak GKSI versi lain untuk membuat sinode baru.
Keputusan ini diambil, ungkap Frans, karena membangun GKSI melalui jalan yang lama maka tidak akan ada penyelesaian.
Dalam kesempatan itu, pihaknya memuji langkah yang dilakukan oleh PGI yang konsisten memberikan ruang bagi GKSI untuk menyelesaikan masalah nya sendiri sesuai amanat Sidang Raya di Sumba NTT.
Hal itu dikatakan Frans, setelah menanggapi pandangan resmi PGI saat Sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL) di Balikpapan belum lama ini.
"Kita bersyukur GKSI masih diberikan ruang untuk menyelesaikan masalah internalnya sendiri sesuai dengan amanat sidang raya di Sumba NTT," ujarnya kepada wartawan di kantornya di bilangan Jakarta Timur belum lama ini.
Namun Ia menyayangkan tuduhan yang dilontarkan beberapa oknum yang kwatir jika terjadi perpindahan aset kepada pihaknya, jika mediasi itu terjadi.
"Saya gak habis pikir kok masih ada orang berpikiran sempit seperti ini dalam lingkungan gereja atau pelayanan," imbuh Frans.
"Perlu saya garisbawahi ya, kalau kita datang kepada sang Kepala Gereja, sejatinya kita datang membawa bukan mengambil," tambahnya.
Ia mencontohkan orang Majus membawa mas, mur dan kemenyan untuk dipersembahkan kepada bayi Yesus Kristus yang diperingati sebagai hari Natal, prototipe orang Kristen harus seperti itu. (David)